Luong Hue mengelola Dato, sebuah perusahaan sosial di Vietnam yang bermitra dengan lebih dari 500 rumah tangga etnis minoritas untuk memproduksi rempah dan herbal. Awalnya ia mengira keamanan siber hanya penting bagi perusahaan besar, sementara fokusnya adalah belajar alat digital untuk pemasaran. Namun setelah hampir kehilangan data pelanggan penting, ia merasa rentan dan bergabung dengan pelatihan APAC Cybersecurity Fund. Di sana, ia menyadari bahwa bahkan kerentanan kecil dapat membahayakan bisnis dan mitranya. Hue belajar mengenali phishing, mengaktifkan autentikasi dua faktor, dan memperkenalkan praktik berbagi file yang lebih aman bagi timnya. Dengan langkah-langkah ini, ia tidak hanya memperkuat keamanan bisnisnya tetapi juga mengadakan sesi internal untuk berbagi ilmu. Kini Hue melihat keamanan siber sebagai fondasi penting bagi pertumbuhan dan keberlanjutan, memastikan perusahaannya dan komunitas mitra tetap aman di era ekonomi digital.
Jesmin Begum menjalankan Jihad Store, sebuah usaha kecil di Khulna, Bangladesh. Ia sering menggunakan Gmail untuk komunikasi dan bKash untuk pembayaran, namun tidak menyadari bahwa kata sandi lemah membuat akunnya rentan. Risiko tersebut membuatnya cemas, terutama saat mulai mengembangkan bisnis online. Termotivasi untuk melindungi diri, Jesmin bergabung dengan pelatihan APAC Cybersecurity Fund. Ia menyadari bahwa keamanan siber bukan hanya untuk perusahaan besar, tetapi juga bagi pengusaha kecil sepertinya. Melalui pelatihan ini, ia belajar membuat kata sandi yang kuat dan unik serta mengaktifkan autentikasi dua faktor. Langkah sederhana ini memberinya kepercayaan diri untuk menggunakan alat digital dengan aman. Sekarang, ia menjadi mentor bagi perempuan lain di komunitasnya, mengajarkan cara melindungi akun dan menghindari penipuan. Jesmin menyebut pelatihan ini sebagai sumber ketenangan batin yang memungkinkannya fokus melayani pelanggan tanpa rasa takut.
Josna Akter, pemilik bisnis e-commerce dari Rajshahi, pernah menerima panggilan yang mengaku bahwa ia memenangkan hadiah uang besar. Penelpon yang berpura-pura sebagai pejabat bank meminta PIN dompet digitalnya untuk “memproses” hadiah. Antusias namun ragu, Josna hampir memberikan datanya sebelum menyadari bahwa itu penipuan. Pengalaman ini membuatnya terguncang dan termotivasi untuk mengikuti pelatihan APAC Cybersecurity Fund. Sebelum pelatihan, ia merasa tak berdaya menghadapi penipuan, tetapi kemudian belajar cara praktis melindungi diri. Ia mempelajari cara mengenali panggilan phishing, memblokir nomor mencurigakan, dan memperkuat keamanan akun. Dengan pengetahuan baru, ia percaya diri menghindari penipuan dan bahkan memberi edukasi kepada tetangga dan pelaku usaha lain. Kini, Josna menyebut pelatihan itu titik balik—kesalahan mahal berubah menjadi kesempatan membangun kepercayaan diri dan berbagi strategi perlindungan.
Harindu mengikuti pelatihan Cyber Clinic ACF sebagai bagian dari tugas modul ISRM. Berasal dari latar belakang teknis, ia awalnya melihat keamanan siber hanya dari sisi teknologi. Namun, pengalaman bekerja dengan startup perangkat lunak membuatnya memahami bahwa penilaian risiko juga berkaitan dengan operasi bisnis dan dampaknya terhadap keuangan maupun reputasi. Ia belajar menganalisis risiko secara sistematis dan menghubungkannya dengan keputusan bisnis yang nyata.
Ibu Suphan Phanphrom, kepala desa Khok Lam di Udon Thani, Thailand, sering merasa tidak yakin tentang cara menjaga keamanan digitalnya. Seperti banyak orang di komunitasnya, ia bergantung pada orang lain untuk membuat akun dan kata sandi, yang membuatnya rentan terhadap penipuan. Termotivasi untuk melindungi diri, ia mengikuti pelatihan APAC Cybersecurity Fund. Sebelum pelatihan, ia mengira keamanan siber terlalu rumit, tetapi sesi itu menunjukkan langkah-langkah praktis yang dapat ia lakukan sendiri. Ia belajar membuat kata sandi kuat, menghapus akun tidak terpakai, dan menggunakan aplikasi dari Google Play Store dengan aman. Untuk pertama kalinya, ia merasa mengendalikan ponsel dan akun onlinenya. Setelah pelatihan, ia membagikan pengetahuannya melalui radio komunitas dan langsung kepada warga desa, mendorong mereka untuk mengikuti kebiasaan yang sama. Kini, ia menyebut program ini sebagai pembuka mata yang tak hanya melindungi dirinya, tapi juga memberdayakan komunitas dari ancaman penipuan online.
T-Subodha, pendiri Lili’s Fashion from Nature, mengelola usaha mode berkelanjutan berskala kecil di Sri Lanka yang sangat bergantung pada penjualan online dan interaksi digital. Sebelum mengikuti pelatihan Cyber Hygiene dari APAC Cybersecurity Fund, keamanan siber belum menjadi bagian dari strategi bisnisnya. Pelatihan membekali timnya dengan keterampilan praktis seperti autentikasi dua faktor, manajemen kata sandi yang kuat, dan panduan komunikasi aman. Langkah ini membuat platform daring mereka lebih aman, melindungi data pelanggan, dan mengurangi gangguan transaksi. Saat terjadi percobaan phishing, Lili berhasil mengenali dan merespons cepat, mencegah kerugian finansial. Kini ia melakukan audit rutin dan mengedukasi staf. Keamanan siber kini tertanam dalam operasional usahanya—meningkatkan kepercayaan, melindungi data, dan memperkuat ketahanan jangka panjang.
Kohinur menjalankan bisnis aksesori ponsel di Dhaka, Bangladesh. Suatu hari, ia menerima telepon yang mengklaim bahwa ia memenangkan hadiah uang tunai dari platform dompet digital. Penelpon memintanya mengirim sejumlah kecil uang “verifikasi,” dan ia menuruti—baru kemudian sadar bahwa itu penipuan. Frustrasi dan terguncang, ia bergabung dengan pelatihan APAC Cybersecurity Fund. Sebelumnya ia pikir penipuan seperti ini tak terhindarkan, tetapi pelatihan mengajarinya mengenali tanda bahaya, memperkuat kata sandi, dan memperbarui keamanan ponsel. Kini dengan kepercayaan diri baru, ia aktif mengedukasi pelanggan tentang praktik digital yang aman saat berbelanja di tokonya. Pelatihan ini mengubah pengalaman pribadinya menjadi pelajaran berharga bagi komunitasnya, menjadikannya pendukung keamanan digital.
Berangkat dari latar belakang dengan sangat sedikit pengalaman di bidang keamanan siber, saya melihat pelatihan Cyber Clinic sebagai kesempatan untuk mempelajari sesuatu yang benar-benar baru. Saya selalu tertarik pada persimpangan antara teknologi dan dampak sosial, dan program ini memungkinkan saya untuk menerapkan minat tersebut secara bermakna. Saat mengikuti sesi-sesi pelatihan, saya merasa terbuka wawasan dan terkadang khawatir ketika menyadari betapa rentannya kita secara online, baik sebagai individu maupun organisasi. Namun pada saat yang sama, saya merasa semakin percaya diri karena mengetahui bahwa kesadaran dan budaya keamanan digital dapat membawa perubahan nyata. Salah satu pelajaran terbesar saya adalah bagaimana menjelaskan konsep keamanan siber kepada audiens non-teknis. Langkah sederhana seperti mengenali phishing atau mengaktifkan autentikasi dua faktor dapat meningkatkan keamanan digital UMKM secara signifikan, terutama bagi mereka yang memiliki sumber daya terbatas. Menjadi bagian dari Cyber Clinic telah mengubah cara saya melihat peran saya dalam komunitas. Program ini mendorong saya untuk keluar dari zona teknis saya dan berbagi pengetahuan praktis dengan orang lain, membantu mereka mengendalikan keamanan siber mereka sendiri. Sekarang saya melihat diri saya sebagai advokat kesadaran, berkontribusi pada komunitas online yang lebih aman dan lebih tangguh.
Mohini Namjoshi menjalankan usaha pakaian kecil di Pune, India, di mana sebagian besar interaksi dengan pelanggan terjadi di media sosial. Ia dulu khawatir penipuan phishing atau akun diretas dapat mengancam bisnisnya. Sebelum pelatihan APAC Cybersecurity Fund, ia mengira alat keamanan terlalu rumit. Namun pelatihan itu mengubah pandangannya. Ia belajar mengaktifkan autentikasi dua faktor melalui Google Authenticator, memeriksa aktivitas login secara rutin, dan waspada terhadap pesan mencurigakan. Kini ia merasa lebih tenang berjualan online, berbagi pengetahuannya dengan karyawan, dan mendorong pengusaha perempuan lain agar memprioritaskan keamanan siber.
Pak Chintakindi Kiran Kumar pemilik Jayalaxmi Paint Shop di Andhra Pradesh, India. Seperti banyak pelaku UMKM lain, ia mengandalkan perangkat POS namun khawatir dengan phishing dan pembobolan akun. Pelatihan APAC Cybersecurity Fund mengubah cara pandangnya. Ia belajar mengenali phishing, menggunakan kata sandi kuat untuk karyawan, dan memasang perlindungan endpoint pada semua perangkat toko. Kini ia percaya diri menjalankan transaksi digital dan sejak itu tidak ada insiden siber terjadi. Ia membagikan praktik ini kepada karyawan dan rekan-rekan usaha, membuktikan bahwa UMKM pun bisa tangguh dengan kebiasaan keamanan siber yang sederhana.
NNR Global Logistics, perusahaan logistik kecil di Singapura, sering menerima upaya phishing namun mengira keamanan siber hanya tanggung jawab tim IT. Beberapa karyawan hampir tertipu oleh email palsu hingga akhirnya mereka mengikuti Cybersecurity Clinic yang dipimpin mahasiswa Temasek Polytechnic melalui APAC Cybersecurity Fund. Dari pelatihan ini mereka belajar bahwa keamanan siber merupakan bagian penting dari kesehatan bisnis. Mereka kini meninjau kebijakan kata sandi, memperkuat keamanan perangkat, dan lebih waspada terhadap email mencurigakan. Sejak itu, perusahaan melakukan audit keamanan tiap kuartal dan seluruh staf merasa lebih percaya diri.
Senaya mengikuti pelatihan Cyber Clinic ACF untuk mendapatkan pengalaman praktis dan menerapkan apa yang ia pelajari di kelas ke dunia nyata. Ia belajar melakukan penilaian risiko, menemukan celah keamanan, dan memberikan solusi realistis bagi UMKM dengan sumber terbatas. Timnya bekerja dengan rumah sakit kecil dan belajar menjelaskan konsep keamanan siber dalam bahasa sederhana. Pengalaman ini memperkuat kemampuan teknis dan komunikasi Senaya, serta membuatnya sadar bahwa banyak insiden siber terjadi bukan karena serangan canggih, tetapi karena kurangnya kesadaran.
Ibu Nurhayati, pengusaha kecil asal Jakarta, pernah menerima telepon dari seseorang yang mengaku pegawai bank BUMN dan menekan dia untuk mentransfer uang atas “pinjaman terutang.” Ia sempat takut, namun berkat pelatihan APAC Cybersecurity Fund ia mengenali tanda-tanda penipuan dan menghindarinya. Dulu ia menganggap penipuan hanya soal nasib, kini ia memahami cara kerjanya dan cara melawannya. Ia segera memperkuat kata sandi, mengaktifkan autentikasi dua faktor, dan menggunakan pengelola kata sandi. Sekarang ia berbagi pengetahuan dengan perempuan pelaku UMKM lain, mengingatkan mereka memeriksa setiap permintaan mencurigakan sebelum bertindak. Kini ia merasa percaya diri — menyebut pelatihan ini sebagai titik balik yang membuatnya berani berbisnis tanpa takut.
Sebagai seseorang yang pernah menjadi korban penipuan online, saya tidak ingin keluarga saya dan sesama warga Filipina mengalami hal serupa. Walau saya sudah tahu sedikit soal penipuan siber, saat kejadian saya tetap tidak bisa melindungi diri sepenuhnya. Pengalaman itu membuat saya termotivasi menjadi pelatih di ACF. Lewat program ini, saya ingin membantu warga Filipina memperoleh tidak hanya pengetahuan untuk mencegah ancaman siber, tetapi juga keterampilan nyata untuk menanggapinya. Pendekatan ACF yang sederhana namun menyeluruh membuatnya mudah dipahami masyarakat umum. Salah satu momen paling berkesan adalah ketika seorang peserta berkata bahwa sesi ini mengubah maknanya tentang “melek teknologi” — bukan tentang mengetahui semua aplikasi, tetapi tentang melindungi diri dan komunitas.
Saya berasal dari daerah pedesaan dan melihat sendiri bagaimana banyak orang di komunitas saya menjadi korban penipuan online karena kurangnya kesadaran dan alat untuk melindungi diri. Saat saya diajak bergabung sebagai pelatih ACF, saya langsung menerima. Ini terasa seperti cara bermakna untuk membantu pemilik usaha kecil yang menggunakan media sosial untuk memasarkan produk mereka. Dalam salah satu sesi pelatihan di desa, banyak peserta tidak tahu pentingnya pembaruan perangkat — beberapa bahkan berpikir pembaruan bisa merusak ponsel. Saya menjelaskan bahwa pembaruan menambah keamanan dan memandu mereka melakukannya. Setelah sesi, beberapa peserta memperbarui ponsel mereka untuk pertama kali dan mengajari keluarga mereka. Melalui ACF, saya belajar menjelaskan konsep keamanan siber yang rumit dengan cara sederhana, bahkan dalam bahasa Iban, agar lebih mudah dipahami oleh UMKM di Kanowit, Sarawak.
Melalui pelatihan Cyber Clinic ACF, saya menyadari bahwa praktik keamanan siber sederhana pun dapat memberikan dampak besar bagi UMKM. Saya belajar mengenali dan menangani ancaman siber umum, serta memandu pelaku usaha agar lebih aman secara digital. Pelatihan ini membekali saya dengan pengetahuan tentang penilaian risiko, deteksi phishing, dan perlindungan data. Kini saya membagikan ilmu tersebut kepada orang lain dan mendorong kesadaran keamanan siber di komunitas saya.
Saya memutuskan untuk mengikuti Cyber Clinic karena saya memiliki anggota keluarga yang sedang belajar keamanan siber. Walaupun kami sama-sama mengambil beberapa kursus dasar, cara mereka memandang sesuatu sangat berbeda dengan saya. Hal itu benar-benar menarik perhatian saya, dan saya ingin memahami pendekatan yang berbeda tersebut. Cyber Clinic memberikan hal itu kepada saya. Program ini menunjukkan bahwa perangkat lunak atau masalah yang sama dapat dilihat dari sudut yang benar-benar berbeda. Satu hal penting yang saya pelajari adalah pentingnya kesabaran dan ketekunan. Selama tugas-tugas siber, kami menghadapi berbagai tantangan—sistem operasi yang tidak familiar, kerusakan perangkat keras, dan begitu banyak kesalahan. Tugas-tugas ini mengajarkan saya untuk tidak menyerah, karena setiap masalah pasti memiliki solusi. Hanya tinggal bagaimana kita menemukannya. Pola pikir ini penting tidak hanya dalam keamanan siber, tetapi juga dalam bisnis dan kehidupan sehari-hari. Bagi pengusaha kecil, kemampuan untuk terus bertahan meskipun menghadapi kesulitan sangatlah penting untuk meraih kesuksesan. Mengikuti Cyber Clinic benar-benar mengubah cara saya melihat keamanan online. Sekarang saya lebih sadar akan risiko dan celah yang sering kita abaikan, dan saya memiliki pengetahuan praktis untuk melindungi diri sendiri dan orang lain. Sangat memberdayakan mengetahui bahwa dengan menyebarkan kesadaran, saya dapat membantu membuat komunitas saya lebih aman dan lebih terinformasi.